PT. PANJI WIRA SURYA MANDIRI

PANJI merupakan produsen Dolomite, Kapur Pertanian, Calcium Carbonate, Hydrated Lime, Quick Lime dan Clay. Lokasi Pabrik dan Gudang berada di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Info dan Pemasaran : 0852-6591-8610

Jumat, 10 Maret 2017

Penyakit PHYTOPHTHORA / Busuk Batang

  
Salam Tani...............

Penyakit busuk Phytophthora pada tanaman cabai sebenarnya memiliki posisi yang setara dengan penyakit layu Fusarium, layu bakteri, ataupun antraknosa. Hanya saja, lantaran sering luput dari perhatian, akhirnya keberadaannya sering tidak terkontrol, hingga menimbulkan dampak yang fatal bagi para petani sendiri.Phytophthora telah dikenal sebagai salah satu cendawan atau jamur patogen yang mampu menimbulkan kerusakan parah pada hampir semua bagian tanaman cabai. Lantaran itu pula, cendawan ini sering disebut sebagai plant destroyer of capsicums atau perusak tanaman cabai-cabaian.

Meskipun dikenal sebagai perusak utama tanaman cabai, Phytophthora juga memiliki beragam tanaman inang lainnya, terutama dari keluarga Solanaceae (misalnya: tomat dan terong) dan Cucurbitaceae (misalnya: mentimun, semangka, dan melon).

Bagian tanaman yang diserangnya pun juga beragam, mulai dari akar, batang, hingga buah cabai. Alhasil, dampak kerusakannya juga bisa lebih fatal jika tidak segera diantisipasi sejak dini. Di saat masih berupa bibit, tanaman cabai yang terserang penyakit ini bisa langsung mati. Sementara pada tanaman dewasa dampaknya seluruh bagian tanaman itu akan layu, busuk, dan mati.

Keberadaan penyakit busuk Phytophthora pada tanaman cabai itu justru sering terabaikan oleh para petani. Akibatnya, begitu ada serangan, tidak sedikit petani yang akhirnya tidak siap untuk melakukan upaya pengendalian lantaran kurangnya pengetahuan tentang penyakit tersebut.

“Selama ini perhatian petani cabai kita lebih banyak kepada penyakit layu Fusarium, layu bakteri, dan antraknosa. Sementara untuk penyakit karena Phytophthora ini kurang mendapat perhatian dan antisipasi,” 

Cendawan Phytophthora sendiri memang menghendaki kondisi lingkungan yang basah dan hangat untuk berkembang biak. Suhu idealnya sekitar 80 0F atau sekitar 26 0C. Dengan kondisi seperti itu, spora jamur yang terbentuk akan berkembang lebih cepat, yang berarti pula penularan penyakit ini juga akan lebih cepat.

Selain karena kondisi lingkungan yang hangat dan basah, patogen Phytophthora juga mudah menyebar melalui angin, air hujan atau air yang mengalir di atas permukaan tanah. 
Kondisi tanah yang basah juga menjadi pemicu perkembangan patogen tersebut. Pasalnya, patogen ini mampu bertahan di dalam tanah dan menginfeksi akar atau biji yang tumbuh di dalam tanah.

Penyebaran patogen ini juga bisa melalui peralatan yang digunakan selama bercocok tanam. Selain itu, pemindahan tanah dari satu lahan ke lahan yang lain juga bisa menjadi perantara pindahnya patogen Phytophthora.

Kenali gejalanya

Meskipun habitat utamanya ada di dalam tanah, cendawan Phytophthora sendiri bisa menginfeksi hampir seluruh bagian tanaman cabai, mulai dari akar, batang, daun, hingga buah. Dampak serangannya pun bisa sangat hebat, petani cabai bisa mengalami kehilangan hasil hingga 100% jika serangan patogen ini tidak terkendali.

Tanaman cabai yang terserang penyakit ini umumnya menunjukkan gejala layu yang berlangsung cepat sebagai akibat dari busuknya akar dan atau titik tumbuh tanaman. Jika diamati, akar tanaman cabai yang terserang itu akan tampak kecokelatan dan lembek.

Bagian daun yang terserang akan menunjukkan gejala berupa munculnya bercak berwarna cokelat. Bercak itu akan meluas hingga terlihat seperti tersiram air panas. Daun itu sendiri pada akhirnya akan busuk dan rontok yang dimulai dari bagian daun paling bawah. Serangan busuk tersebut akan terus menjalar ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang ada, hingga seluruh bagian atas tanaman cabai layu terkulai.

Pada bagian batang, serangan patogen ini akan membuat batang tanaman membusuk, kering, dan kulitnya mudah terkelupas. Jika sudah seperti ini, tanaman akan lebih cepat mati.

Sementara pada buah cabai, serangan cendawan Phytophthora akan memunculkan bercak coklat kebasah-basahan yang cepat meluas hingga menyebabkan buah itu terlepas dari tangkainya atau rontok. Pada bagian yang terinfeksi tersebut juga tampak adanya hifa yang berwarna putih keabu-abuan dan bentuknya seperti kapas atau benang-benang halus.

Pengendalian sejak dini 

Mengingat Phytophthora capsici relatif mudah tersebar melalui jaringan tanaman yang telah terinfeksi dan juga tanah yang terkontaminasi, oleh karena itu diperlukan upaya antisipasi dan pengendalian sejak dini. 
Upaya preventif bisa dilakukan dengan cara :
1.  Sanitasi lingkungan tanam atau membersihkan lahan dari segala macam kontaminasi, seperti membuang dan memusnahkan semua tanaman yang telah terinfeksi, serta membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman cabai.

2. Pengapuran lahan yang benar dengan menggunakan Dolomite Halus 100 Mesh sebelum penanaman.   Patogen Phytophthora tersebut bisa menular melalui tanah yang terinfeksi, sehingga pemberian Dolomite Halus 100Mesh untuk meningkatkan pH tanah dan membunuh bakteri dan fungi (jamur) pada tanah. pH tanah dibawah 6 akan membuat bakteri dan jamur hidup dan berkembak biak.  Selain itu, upaya pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang, seperti: jagung, padi, atau kacang-kacangan, juga bermanfaat untuk memutus siklus hidup patogen Phytophthora.

3.   Pergunakan varietas tanaman yang tahan (resisten) terhadap serangan penyakit tersebut. Mungkin masih belum banyak varietas tanaman cabai yang memiliki sifat genetis seperti itu.

4.   Aplikasi fungisida yang lebih intensif di musim hujan. Kalau hujan terus menerus, bisa disemprot dengan interval tiga hari sekali atau tujuh hari sekali. Fungisida yang digunakan juga harus yang khusus untuk Phytophthora.


Untuk penggunaan fungisida konsultasikan dengan Petugas Penyuluhan Lapangan di tempat .

Untuk pertanyaan silahkan kunjungi Group Facebook : https://www.facebook.com/groups/1706005199727731/



ANTRAKNOSA (PATEK)


Salam tani.....

Apa itu penyakit antraknosa/patek?
Apa penyebab antraknosa/patek?

Penyakit antraknosa adalah penyakit yang disebabkan jamur  serangan Colletotrichum capsici (pada cabai). Jamur Colletotrichum capsici ini berkembang pesat pada lingkungan yang lembab dan basah. Kondisi ini tentu lebih banyak ditemui pada saat musim hujan berlangsung.

Sebenarnya tak hanya di musim hujan, serangan antraknosa juga bisa menyerang tanaman saat musim kemarau apabila kondisinya memungkinkan, misalnya saat ada fenomena kemarau basah.

Penyakit antraknosa umumnya menyerang pada hampir semua bagian tanaman, mulai dari ranting, cabang, daun dan buah. Fase serangannya pun mulai sejak fase perkecambahan, fase vegetatif (pertumbuhan) sampai fase generatif (pembuahan).

Cara kerja dari jamur Colletotrichum capsici adalah dengan jalan menginfeksi dinding sel tanaman. Pada fase perkecambahan serangannya menyebabkan tanaman gagal berkecambah. Sedangkan pada saat fase generatif menyebabkan buah yang akan masak dan hendak dipanen menjadi busuk dan mengering.

Penyakit antraknosa ini memiliki tanaman inang yang cukup beragam. Selain pada cabai atau tomat, tanaman yang menjadi inang dari penyakit antraknosa ini antara lain paprika (sweet pepper), semangka, buah naga, melon, timun, bawang merah, buncis, dan mangga.

GEJALA  ANTRAKNOSA

Pada buah ada tanda bercak melingkar, cekung bewarna coklat pada pusatnya serta bewarna coklat muda pada sekeliling lingkarannya.
Pada perkembangannya, bercak tersebut akan meluas kemudian menyebabkan buah membusuk, kering dan jatuh.

Penyebaran jamur Colletotrichum capsici dibantu oleh air dan angin, sehingga akan menyebar dengan cepat ke bagian buah yang lain yang belum terinfeksi.

Bagaimana pengendalian antraknosa/patek?

Pengendalian penyakit antraknosa ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1.Lahan diperiksa keasaman atau pH tanahnya dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus. pH optimum untuk tanaman cabe adalah
6,5. Jika keasaman tanah kurang dari 6,5, lakukan pengapuran dengan dolomite yang mengandung MgO dan Cao.
Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan dolomite ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg DOLOMITE HALUS PANJI 100 MESH perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2000 dolomite sudah baku).
Contoh :
 Diketahui : pH aktual 5
 pH yang dituju 6,5
 Jawab : 6,5 -5 x 2000 kg
 Hasilnya : 3000 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 5 menjadi 6,5 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3000 kg DOLOMITE HALUS PANJI 100 MESH.

2. Pencegahan dan antisipasi antraknosa/patek, dilakukan dengan cara memperkuat ketahanan tanaman. Untuk memperkuat ketahanan tanaman perlu dilakukan pemupukan yang tepat dan berimbang. Tanaman yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara seimbang (N, P, K) maka tanaman tersebut akan lebih tahan terhadap serangan jamur.

3. Jika tanaman sudah terserang, cara mengatasi antraknosa/patek yaitu melakukan pengendalian dengan fungisida. Fungisida  yang digunakan untuk mengendalikan antraknosa/patek berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 2 yaitu kontak dan sistemik :
Cara kerja kontak : mankozeb, propineb, klorotalonil, tembaga hidroksida.
Cara kerja sistemik : benomil, metalaksil, dimetomorf, siprokonazol, difenokonazol, tebukonazol, azoksitrobin, karbendazim.

4. Tambahkan pupuk yang mengandung unsur kalsium (Ca) tinggi.seminggu sesudah penanaman Unsur Ca adalah unsur utama penyusun dinding sel tanaman. Pemberian kalsium membuat dinding sel buah lebih kuat dan lebih susah ditembus oleh jamur Colletotrichum capsici. Pemberian kalsium dilakukan dengan cara memberikan Calcium Carbonate (Kapur Pertanian) sebanyak 2 – 3 sdm per batang sebelum pemupukan dan lakukan penyemprotan seminggu sesudah pemupukan dengan dosis 100 gram per 16-20 liter air.


Catatan Penting…!
1. Jangan mencampur fungisida yang cara kerja nya sama, misal mankozeb+propineb, hal ini selain efektifitasnya tidak bertambah justru boros biaya.
2. Bahan aktif di atas merk nya bermacam-macam, saat anda ke toko pertanian anda cukup menanyakan fungisida bahan aktif mana yang anda inginkan. Dan jangan terpacu pada merk, karena merk yang terkenal harganya cenderung mahal. Disisi yang lain merk yang kurang terkenal, hasilnya efektif walau harganya jauh lebih murah.
3. Untuk hasil yang efektif, lakukan mixing antara fungisida kontak dan sistemik
Sampai disini dulu ya bahasan tentang Penyakit Antraknosa, Penyebab, Gejala serta Cara Pengendaliannya. Semoga artikel yang singkat ini bermanfat buat teman” tani semua.

Jangan lupa untuk membagikan ke saudara, sahabat dan teman anda yang lain agar bisa memberikan manfaat yang lebih.

Untuk tanya jawab silahkan kunjungi group Facebook : https://www.facebook.com/groups/1706005199727731/

PENGAPURAN LAHAN




Pada umumnya petani sering merupakan hal paling dasar dalam pertanian.
Apakah itu ? "PENGAPURAN LAHAN"

Ada apa dengan "PENGAPURAN LAHAN" ?

Pengapuran lahan pertanian sangat penting di dalam menentukan proses pertumbuhan tanaman

Tujuan dari pengapuran pada intinya dalah bagaimana supaya tanah memiliki pH yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kelarutan Al dalam tanah dapat ditekan dan mematikan bakteri di dalam tanah yang tidak berguna atau merugikan tanaman.

Masing" masing tanaman memiliki kebutuhan pH tanah yang berbeda-beda.
Masalah tanah masam sangat kompleks.
Mulai dari kandungan hara hingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam antara lain :
 1. Terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
 2. Tingginya kandungan Al3+ sehingga meracuni  tanaman.
 3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg
 4. Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+
 5. Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu
 6. Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang tinggi pada tanah asam.

Cara pengapuran sendiri yang sesuai dengan rekomendasi pengapuran adalah :
 1. Tanah diolah baik itu dicangkul atau dibajak.
 2. Dolomite ditabur merata diatas permukaan tanah, dengan dosis Dolomite sesuai dengan kebutuhan tanaman
 3. Tanah diaduk hingga kedalaman 20 cm dibiarkan selama 2 minggu (untuk tanaman palawija) dan 2 bulan untuk (tanaman keras) baru kemudian ditanami.

Manfaat Dolomite yang diberikan kedalam tanah adalah :
1.Menurunkan pH tanah 2.Menurunkan kelarutan Al
3. Meningkatkan kandungan unsur hara Ca dan Mg.
4.Memperbaiki tekstur, struktur dan memantapkan agregat tanah 5.Menurunkan tingkat bahaya erosi karena agregat tanah yang mantap 6.Memperbaiki sifat biologi tanah seperti aktivitas mikro organism
7. Mematikan bakteri atau organisma yang merugikan tanaman
8. Menetralisir sisa-sisa zat yang merugikan tanaman akibat pemupukan yang berlebihan dan penggunaan
pestisida yang berlebihan
9. Mengembalikan zat hara yang dibutuhkan tanaman



Apabila pengapuran lahan dilakukan dengan baik dan benar serta di periksa keasaman atau pH tanah pada setiap musim penanaman, dapat mengurangi penggunanan pupuk yang berlebihan dan tanaman tidak mudah di serang penyakit.

Agar pengapuran lahan dapat terlaksana dengan baik pergunakan pupuk dolomiite yang memiliki kehalusan 100 mesh. Tujuannya dolomite dapat meresap dengan cepat ke tanah dan menaikan pH tanah dengan cepat.

Pergunakan pupuk yang telah memiliki SNI yang dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional

Info dan pemasaran : 0852 6591 8610

FUNGSI DOLOMITE DAN AKIBAT KEKURANGAN MAGNESIUM (Mg)



Fungsi Utama Magnesium (Mg)

Sebelum melangkah ke permasalahan kekurangan Magnesium (Mg), sangat manusiawi kiranya kalau kita memahami dulu peran atau fungsi dari Magnesium (Mg) itu sendiri untuk tanaman.

Fungsi Dolomite yang diberikan kedalam tanah adalah :
1. Menaikankan pH tanah
2. Menurunkan kelarutan Al
3. Meningkatkan kandungan unsur hara Ca dan Mg.
4. Memperbaiki tekstur, struktur dan memantapkan agregat tanah
5. Menurunkan tingkat bahaya erosi karena agregat tanah yang mantap
6. Memperbaiki sifat biologi tanah seperti aktivitas mikro organism.
7. Mematikan bakteri atau organisma yang merugikan tanaman
8. Menetralisir sisa-sisa zat yang merugikan tanaman akibat pemupukan yang berlebihan dan penggunaan pestisida yang berlebihan
9. Mengembalikan zat hara yang dibutuhkan tanaman  
 
Gejala Umum Kekurangan Magnesium (Mg)

Kekurangan Magnesium (Mg), seperti halnya kekurangan unsur hara lainnya, berpengaruh pada perolehan hasil panen. Kekurangan Magnesium (Mg) juga menyebabkan tanaman lebih rentan dan lemah terhadap serangan penyakit.
Karena magnesium selalu bergerak di dalam jaringan tanaman, gejala defisiensi atau kekurangan Magnesium (Mg) muncul pertama kali pada daun yang lebih rendah atau daun lebih tua. 

Gejala pertama kekurangan Magnesium (Mg) adalah 
1. Daun pucat, kemudian kekuningan, klorosis antar vena (urat daun). 
2. Urat-urat daun mungkin masih hijau namun bagian-bagian di sekitarnya menjadi menguning 
3. Pada beberapa jenis tanaman, kekurangan Magnesium (Mg) memunculkan bintik-bintik kemerahan atau ungu pada daun. Meskipun begitu, ekspresi gejala kekurangan Magnesium (Mg) sangat bergantung pada intensitas cahaya yang diserap oleh daun. 
4. Tanaman yang kurang tersinari cahaya matahari akan menunjukkan gejala defisiensi/kekurangan Magnesium (Mg) yang lebih parah.   
 
Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Magnesium (Mg)

Lantas, kenapa bisa sampai terjadi defisiensi/kekurangan Magnesium (Mg)? Apa sih penyebabnya? 
Padahal mungkin sahabat Tani sudah melakukan penaburan cukup banyak bahan yang mengandung Magnesium (Mg) ke lahan, katakanlah dolomit. Kenapa masih kekurangan Magnesium (Mg)?

Defisiensi atau kekurangan Magnesium (Mg) sebetulnya bukan semata rendahnya kandungan Magnesium (Mg) di dalam tanah atau minimnya kita memberi suplai Magnesium (Mg) ke media tanam/tanah, namun di sana juga ada sejumlah faktor yang mempengaruhi ketersediaan Magnesium (Mg) yang bisa diserap oleh tanaman. 

Faktor-faktor tersebut yang paling dominan adalah:
1. pH tanah yang rendah atau kondisi tanah asam – pH tanah yang rendah diketahui memicu kekurangan Magnesium (Mg) karena ketersediaan Magnesium (Mg) menurun, dan sebaliknya pH tanah yang tinggi meningkatkan ketersediaan Magnesium (Mg).
2. Rasio Magnesium (Mg) : Mangan (Mn) di dalam tanah yang tidak ideal.
Ketahuilah bahwa saat Mangan (Mn) ketersediaannya cukup tinggi di dalam tanah, kondisi ini dapat langsung mengurangi penyerapan Magnesium (Mg) oleh tanaman, maka terjadilah defisiensi/kekurangan Magnesium (Mg).
Kompetisi kation – Tanah dengan tingkat Kalium (K) atau Kalsium (Ca) tinggi biasanya akan memberikan sedikit Mg pada tanaman
3. Aplikasi kation yang tinggi: tingkat aplikasi yang tinggi kation lainnya, terutama K, dapat mengurangi penyerapan Magnesium (Mg). Kasus ini paling umum terjadi pada rumput dan jagung.
4. Suhu tanah yang rendah.


 
Solusi Saat Kekurangan Magnesium (Mg)

Defisiensi atau kekurangan Magnesium (Mg) jelas merupakan gangguan yang merugikan tanaman, dan kasus ini paling sering terjadi pada tanah dengan keasaman yang kuat, atau tanah berpasir di mana Magnesium (Mg) dapat dengan mudah tercuci oleh air. Magnesium (Mg) merupakan nutrisi makro penting yang ditemukan sekitar 0,2-0,4% bahan kering dan diperlukan untuk terciptanya pertumbuhan tanaman yang normal. 

Sekarang, bagaimana solusinya saat sahabat Tani menemukan gejala defisiensi/kekurangan Magnesium (Mg) pada tanaman budidayanya?

Tidak usah panik, karena tanaman dengan defisiensi/kekurangan Magnesium (Mg) dapat kita perbaiki dengan beberapa usaha, yakni:
1. Lakukan pengapuran lahan dengan baik dan benar menggunakan Dolomite PANJI yang memiliki tingkat kehalusan 100 Mesh.
Pengapuran Dolomite Halus PANJI dilakukan sesuai dengan kebutuhan pH tanah.
2. Lakukan pemeriksaan keasaman tanah atau pH tanah.

Mengapa harus menggunakan dolomite dengan kehalusan 100 mesh ?
Dengan menggunakan dolomite dengan kehalusan 100 mesh mempercepat terserapnya dolomite ke dalam tanah dan mempercepat reaksi dolomite di dalam tanah.

Catatan : Mesh adalah ukuran dari jumlah lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1 inch persegi jaring/kasa yang bisa dilalui oleh material padat. Mesh 20 memilki arti terdapat 20 lubang pada bidang jaring/kasa seluas 1 inch, demikian seterusnya. Ukuran mesh banyak digunakan pada proses penepungan atau penghalusan suatu bahan padatan, yang sebelum dihaluskan memiliki ukuran yang lebih besar. Pabrik semen, tepung makanan, industri metalurgi, dan pabrik powder kosmetik, menggunakan ukuran mesh dalam proses produksi nya

Mudah-mudahan ulasan saya ini bermanfaat bagi sahabat Tani.

Semoga sukses.

Info dan Pemasaran : 0852 6591 8610