CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KAPUR PERTANIAN
Pertanian adalah salah satu sistem/lembaga/instansi terpadu, terintegritas dan terorganisasi yang berkaitan dengan penyelanggaraan dari produksi hingga konsumsi mengenaik kebutuhan dasar manusia baik budidaya, perbanyakan, perlindungan, sistem pemasaran, pasar dan konsumen terutama berkaitan dengan budidaya tanaman.
Dalam pelaksanaan budidaya tanaman adalah beberapa hal yang menjadi kendala yang dapat menghambat terciptanya iklim budidaya ideal.
Hal-hal tersebut diantaranya ialah :
1. Kesuburan tanah berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dan jenis tanah.
2. pH tanah berkaitan dengan penyediaan unsur hara, pertukaran kation dan anion
dalam tanah serta populasi mikroorganisme dalam tanah
3. Mutu dan kualitas benih/bibit berkaitan dengan keunggulan dan varietas dan toleransi
benih/bibit terhadap kondisi lingkungan, iklim dan hama penyakit.
Teknik budidaya/Culture Teknis berkaitan dengan sistem dan cara yang diterapkan
dalam budidaya
5. Pengendalian hama dan penyakit
6. Pengaplikasiaan fertilizer dan zpt
7. Iklim pasar berkaitan dengan permintaan, kebutuhan, konsumen, pendistribusiaan,
harga dan peraturan dan komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah
8. Permodalan
Namun tidak semua hal tersebut perlu dibahas secar mendetail dan terperinci, tetapi ada beberapa hal yang perlu diluruskan menganai pemahaman petani kita tentang pH tanah. Keterkaitan pH tanah terhadap hal-hal yang menjadi kendala budidaya adalah tidak akan terjadinya singkronisasi antara hasil yang diperoleh dan diharapkan oleh pembudidaya meskipun hal lain terpenuhi dan teraplikasikan dengan baik.
Mengapa?
Karena pH merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh setiap petani/pembudidaya dalam mencapai tujuan utama budidaya yaitu tingkat produksi yang optimal. pH tanah yang tidak ideal untuk jenis tanaman budidaya akan mempengaruhi terhadap tanaman secara langsung maupun tidak terutama :
1. Penyerapan unsur hara oleh tanaman itu sendiri. Pemahaman ini mudah
dijelaskan tanpa rumus maupun teori yang rumit.
Contohnya begini : kita anggap tanaman itu adalah kita, pH tanah adalah terik
matahari dan unsur hara dan mineral tanah adalah batu es/es batu.
Asumsinya seperti ini “ jika kita bekerja dalam kondisi dibawah terik matahari tentu
kita kepanasan dan kehausan, untuk menghilangkan haus dan panas tentunya kita
ingin minum air dingin. Tetapi apa jadinya jika air yang kita akan minum berupa es
batu yang tidak cair sama sekali?” Begitu juga halnya dengan tanaman, jika kondisi
pH rendah/ dibawah batas toleran tanaham kondisi seperti kita yang mau minum tapi
air nya dalam bentuk batu es? Penjelasan lanjut kita sudah tentu mengerti dan tidak
perlu dibahas panjang lebar
2. Proses KTK dan KTA dalam tanah terganggu. KTK : koefisien tukar kation dan KTA :
koefisien tukar anion.
Koefisien pertukaran baik kation maupun anion sangat bergantung pada pH tanah.
Imbas dari terganggunya KTK dan KTA ini adalah ketersediaan unsur hara yang
diperlukan tanaman.
3. Populasi mikroorganisme dalam tanah. Pada kondisi pH rendah atau asam
mikroorganisme tidak akan aktif bahkan keberadaannya dalam tanah pun akan tidak
ada sama sekali. Manfaat keberadaan mikroorganisme tanah selain membantu
proses penguraian dan ketersediaan unsur hara mineral, juga sangat berperan
penting dalam proses perbaikan sifat buruk tanah seperti aerase dan drainase,
pelapukan bahan organik tanah (BOT), dan masih banyak manfaat lainnya bagi tanah dan tanaman secara tidak langsung
pH tanah dapat kita ukur melalui beberapa cara maupun dengan indikator-indikator lain. Ada beberapa cara dan indikator yang dapat kita gunakan dalam pengukuran pH tanah yaitu :
1. Pengujian laboraturium. Cara ini mengunakan beberapa tesk dan pengujian terhadap
sampel tanah yang diambil dari beberapa titik dalam suatu luasan lahan tertentu
dengan kedalaman sampel yang diambil minimal 1 meter dari tanah bagian atas.
Cara ini terbilang cukup rumit dilakukan oleh petani-petani awam bahkan petani
yang berpredikat sarjana sekalipun jika tidak menguasai mengenai alat, bahan, dan
prosedur kerja labor analisis tanah
2. Pengujian dengan kertas lakmus
3. Pengujian dengan pH meter
4. Dan yang paling mudah untuk mendeteksi apakah pH tanah rendah atau tidak
dengan melihat indukator yang ada pada lahan tersebut. Indikator paling mudah
ialah jenis tanaman yang tumbuh dilahan tersebut. Jika tanaman yang tumbuh
didominasi oleh tanaman berdaun sempit (alang-alang, pakis, teki-tekian) tanaman berkayu. Menandakan pH tanah tersebut rendah. Jika yang mendomisai tumbuhan
berdaun lebar berarti pH tanah mendekati atau normal (5,6-6,8). Alangkah baiknya
juga dilakukan analisa lebih lanjut baik dengan uji laboraturium, maupun dengan pH
meter.
Permasalahannya tidak cukup disini saja, selanjutnya ialah berapa jumlah kapur pertanian yang harus digunakan untuk menaikan pH dari pH tidak ideal/asam menjadi normal. Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan kapur pertanian ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg kapur pertanian perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2ooo kg kapur pertanian.sudah baku).
Contoh :
Diketahui : pH aktual 4,2
pH yang dituju 5,8
Jawab : 5,8-4,2 x 2000 kg
Hasilnya : 3200 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 4,2 menjadi 5,8 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3200 kg kapur pertanian.
MARKETING & INFO :
Hery Sunardi / 0852 6591 8610
email : hery.sunardi@hotmail.com
Danny Liangga / 0852 0762 9988
email : dannyliangga@rocketmail.com
Deni Alisandi Siregar/ 0813 7522 9955
Tidak ada komentar:
Posting Komentar