PT. PANJI WIRA SURYA MANDIRI

PANJI merupakan produsen Dolomite, Kapur Pertanian, Calcium Carbonate, Hydrated Lime, Quick Lime dan Clay. Lokasi Pabrik dan Gudang berada di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Info dan Pemasaran : 0852-6591-8610

Selasa, 21 Juli 2020

Tehnik Penanggulangan Bau Pada Kandang Ayam (Unggas)

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam peternakan ayam adalah bau kotoran. Adakah cara yang bisa membuat kita beternak ayam dengan baik tanpa menimbulkan gangguan pada lingkungan ?

Biasanya yang menjadi masalah lingkungan pada peternakan ayam, baik pedaging maupun petelur adalah bau dari kotoran ayam yang menyengat hidung. Hal ini dapat  menyebabkan polusi udara, di mana udara disekitar lokasi peternakan menjadi bausehingga tidak mengenakkan dan bisa menjadi sumber penyakit bagi masyarakat di sekitar lokasi peternakan.

Mungkin apabila jumlah ayamnya hanya beberapa puluh ekor tidak akan seberapa baunya, tetapi bila jumlahnya ribuan ekor tentu baunya sangat menyengat. Ternyata ada suatu jalan keluar yang baik untuk memecahkan masalah itu, dan jalan keluar tersebut tidak sulit, juga tidak mahal.

Untuk menanngulangi hal tersebut kita hanya perlu menyediakan kapur Calcium Carbonate/ CaCO3 dan pasir yang kering dalam jumlah yang disesuaikan dengan luas areal peternakan ayam tersebut.

Tetapi teknik ini hanya dapat dilakukan untuk peternakan ayam dengan sistem kandang battery, dimana kandang ayam dibuat sedemikian rupa sehingga di bawah kandang terdapat celah yang cukup luas.

Sedangkan untuk sistem perkandangan yang lain teknik ini belum diketahui guna dan manfaatnya.

Setelah kita menyediakan kapur halus dan pasir kering, maka kita dapat melakukan langkah-langkah berikut :

1. Buatlah lubang di bawah kandang dengan ukuran dalamnya kurang lebih 20 cm, dengan panjang dan lebar sesuai dengan panjang dan lebar kandang. Sehingga di bawah kandang akan terdapat lubang sepanjang kandangnya.

2. Isilah lubang tersebut dengan kapur halus dan pasir yang kering dengan perbandingan 1:1 hingga seluruh seluruh lubang terisi dengan kapur dan pasir tersebut.

Karena di bawah kandang seluruhnya ada lubang yang berisi  kapur dan pasir, maka tiap kotoran yang jatuh akan jatuh pada tumpukan tersebut sehingga kotoran itu akan lebih cepat mengering.

Kotoran yang bercampur dengan kapur halus dan pasir kering ini akan lebih cepat proses pengeringannya dibandingkan yang tidak tercampur dengan kapur atau pasir.

Dengan keringnya kotoran tersebut maka bau kotoran akan sirna atau tidak begitu menyengat, karena kotoran ayam yang kering baunya akan hilang atau minimal berkurang.

3. Ganti campuran kapur halus dan pasir tersebut tiap 1-2 bulan sekali, tergantung banyaknya kotoran yang telah jatuh. Tumpukan kapur dan pasir yang telah bercampur dengan kotoran ayam yang mengering tersebut dikumpulkan pada tempat khusus, karena campuran tersebut bisa dibuat pupuk kandang.



Meskipun telah menempuh langkah-langkah di atas, bukan berarti kita mengabaikan faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam peternakan ayam, antara lain kebersihan kandang dan ventilasi udara dalam kandang.

Kandang yang bersih merupakan salah satu penyebab berkurangnya bau-bau lain yang bisa menyertai bau kotoran ayam. Di samping itu, dengan menjaga kebersihan kandang kita bisa mencegah timbulnya penyakit yang tidak kita inginkan.

Sedang dengan ventilasi udara yang baik dalam kandang akan menyebabkan sirkulasi udara di kandang berlangsung dengan baik, sehingga tidak ada kepengapan yang bisa menyebabkan bau tak enak dan bisa menimbulkan penyakit respirasi pada ayam.

Jadi dengan mengikuti langkah-langkah di atas kita bisa menggulangi masalah bau kotoran ayam, sehingga diharapkan dapat memperkecil pencemaran udara yang ditimbulkannya. Disamping itu, dengan mengikuti langkah-langkah tersebut kita bisa memperoleh keuntungan ganda, yaitu pertama kita mendapatkan hasil utama berupa ayam ataupun telurnya, kedua kita bisa memperoleh pupuk yang bisa kita jual sehingga menambah pemasukan. Selamat mencoba dan semoga berhasil.

Info & Pemasaran : 085265918610
Lokasi Pabrik & Gudang : Tanjung Morawa, Sumatera Utara

Senin, 06 Juli 2020

PENGELOLAAN BAU YANG DIKELUARKAN KOTORAN AYAM

 PENGELOLAAN BAU YANG DIKELUARKAN KOTORAN AYAM


Bau yang ditimbulkan dari peternakan ayam di akibatkan pembersihan kandang yang tidak maksimal dan berasal dari kotoran ayam

Pada peternakan ayam, kapur digunakan untuk membersihkan lantai kandang, mengeringkan, dan mengurangi bau dari kotoran ayam. Bantuan kapur utama yang dipakai adalah Calcium Carbonate (CaCO3) type MS, Dolomite Halus PANJI, Hydrated Lime dan Quick Lime

Mengurangi dampak negatif bau yang ditimbulkan dari usaha peternakan ayam dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain :
1. Kandang disterilkan menggunakan 3 jenis kapur dibawah ini :
    a.  Dolomite Halus GK atau Dolomite Halus PANJI yang mengandung MgO 18-23% dan  
         CaO +/- 30% 
    b.  Hydrated Lime yang mengandung CaO 75%
    c.  Quick Lime yang mengandung CaO 95 %

    Fungsi dari ketiga jenis kapur di atas adalah untuk mensterilkan kandang dari bakteri,  
    kuman dan telur lalat.


2. dengan membubuhkan Calcium Carbonate (CaCO3) type MS, baik sebagai imbuhan  
    pakan maupun ditambahkan pada kotoran. 
    Calcium Carbonate (CaCO3) type MS digunakan untuk mengurangi pencemaran gas 
    amonia dan F12S pada kotoran ayam. 


3. Calcium Carbonate (CaCO3) type MS yang ditambahkan ke dalam pakan untuk 
    mengurangi pembentukan gas amonia dan hidrogen      sulfida dari kotoran ayam.
    Penggunaan konsentrasi  Calcium Carbonate (CaCO3) type MS  memberi 
    kemungkinan yang besar dalam menurunkan  pembentukan gas amonia dan hidrogen 
    sulfida. 



Nilai Tambah Penggunaan Calcium Carbonate (CaCO3) type MS pada Peternakan Ayam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur pada kotoran ayam dapat mengurangi pelepasan gas amonia dan H2S secara nyata,, pH kotoran menjadi lebih tinggi, namun masih dalam kisaran 7,77‑8,42. 

Penggunaan Calcium Carbonate (CaCO3) type MS pada kotoran ayam selain mengurangi pencemaran amonia ke udara juga memberikan kualitas kotoran ayam sebagai pupuk organik.
Sebagai pupuk organik dengan konsentrasi nitrogen 4,96 mg/g bobot kering atau 0,496%, masih termasuk kualitas pupuk organik yang baik. 

Pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang beragam, akan tetapi ditetapkan suatu kesimpulan bahwa unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik atau pupuk kandang rata‑rata. 0,5% nitrogen; 0,25% P205; dan 0,5% K20. 

Pupuk  kandang dengan kandungan unsur hara seperti konsentrasi tersebut di atas sudah dikatakan  berkualitas baik.


Info dan Pemasaran : 0852 6591 8610

Kamis, 11 Juni 2020

Quick Lime

Quick Lime
(Calcium Oksida (CaO)/Kapur Tohor/Kapur Api/Kapur Aktif)

Calcium Oksida (CaO) merupakan kristal basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Istilahyang luas digunakan “Kapur Tohor/Kapur Api/Kapur Aktif” berkonotasi bahan anorganik yang mengandung kalsium, yang meliputi karbonat, oksida dan hidroksida kalsium, silikon, magnesium, aluminium, dan besi mendominasi, seperti batu gamping.

Nama IUPAC Quick Lime ialah Calcium Oksida/ CaO, nama lainnya Kapur Bakar, Kapur Tohor/Kapur Api/Kapur Aktif.

Adapun sifat-sifatnya adalah:
Rumus molekul: CaO
Berat molekul: 56,0774 gr/mol
Penampilan: Serbuk putih sampai kuning pucat/coklat
Bau: Tidak berbau
Densitas: 3,34 gr/cm3
Titik lebur: 2613 °C, 2886 K, 4735 °F
Titik didih: 2850 °C, 3123 K (100 hPa)
Kelarutan dalam air: 1,19 g/L (25 °C); 0,57 g/L (100 °C); reaksi eksoterm
Kelarutan dalam asam: Larut (juga dalam gliserol, larutan gula)
Kelarutan dalam methanol: Tidak larut (juga dalam dietil eter, n-oktanol)
Keasaman (pKa): 12,8
Entropi molar standar So298: 40 J·mol−1·K−1
Entalpi pembentukan standar ΔfHo298: −635 kJ·mol−1
Titik nyala: Tidak terbakar


KEGUNAAN
Kapur mentah menghasilkan energi panas dengan pembentukan hidrat, kalsium hidroksida, dengan persamaan sebagai berikut:

CaO (s) + H2O (l) = Ca(OH)2 (aq) (ΔHr = −63.7 kJ/mol CaO)

Seperti hidrat, sebuah hasil reaksi eksotermis dan zat padat membengkak. Hidrat dapat diubah menjadi kapurmentah dengan menghilangkan air dengan memanaskannyasampai kemerahan untuk membalikkan reaksi hidrasi. Satu liter air yang bergabung dengan sekitar 3,1 kilogram (6,8 lb) dari kapur untuk memberikan kalsium hidroksida ditambah 3,54 MJ energi. Proses ini dapat digunakan untuk menyediakan sumber panas portabel nyaman, seperti untuk pemanasan makanan dengan segera dalamtempat pemanasan sendiri.

Dalam industry budidaya udang , Quick Lime/ Calcium Oksida( CaO) popular digunakan sebagai zat basa untuk mengantisipasi penurunan pH air kolam akibat hujan. Biasanya kapur Quick Lime/ Calcium Oksida( CaO) ditaburkan di lereng tepi kolam udang di musim hujan.

Pemberian Quick Lime/ Calcium Oksida( CaO) pada tambak dan kolam biasanya dilakukan oleh pembudidaya dengan tujuan untuk menaikkan tingkat pH air, meningkatkan kesuburan tambak/kolam, atau membunuh parasit sumber penyakit dalam tambak/kolam. Sebenarnya pemberian Quick Lime/ Calcium Oksida( CaO) pada tambak dan kolam adalah cara untuk meningkatkan alkalinitas agar pH air menjadi lebih stabil.

Quick Lime/ Calcium Oksida( CaO) dan Hydrated Lime (CaOH/ Calsium Hydroxide) biasa digunakan sebagai desinfektan pada masa persiapan tambak/kolam untuk membunuh hama dan parasit yang mengganggu pertumbuhan ikan atau udang.


Info & Pemasaran : 085265918610

Proses Pengerasan / Stabilisasi Tanah menggunakan Kapur

Pengertian stabilitas tanah kapur Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada lokasi pekerjaan di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi yang diijinkan dalam perencanaan. Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah. Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan berkurang secara drastis karena butir kapur. Jenis – jenis Kapur Ada beberapa jenis kapur antara lain : • Dolomite yang mengandung Magnesium Oxide 18-22% dan CaO 50% • Calcium Carbonate yang mengandung CaCO3 86%-97,5% • Quick Lime( kapur tohor (CaO) )adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°C, dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3) yang mengandung CaO 95% • Hydrated Lime atau kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk hidrat [Ca(OH)2]. Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur : 1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah. 2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung tanah menjadi naik) 3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung dan tidak efektif untuk tanah pasir Material yang diperlukan pada stabilitas tanah kapur : 1. Kapur Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah adalah kapur padam dan kapur tohor. 2. Tanah • Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi. • Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan konsekuensi nilai kepadatan maksimum menjadi turun 3. Air • Air yang digunakan adalah air yang tidak mengandung asam. • Air laut boleh digunakan tapi tidak boleh mengalami kontak dengan lapisan aspal Spesifikasi Persyaratan untuk Kapur 1. Calcium oxide (CaO) kandungan Ca & MgO > 92 % 2. CO2 (oven) < 3 % ; CO2 (lap) < 10 % 3. Calcium Hidroxide (Ca(OH)2) kandungan Ca & MgO > 95 % 4. CO2 (oven) < 5 % ; CO2 (lap) < 7 % STABILISASI TANAH DENGAN KAPUR UNTUK JALAN Bahan dan Peralatan yang Digunakan : Persyaratan bahan adalah sebagai berikut : 1) tanah yang akan distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang berkohesi, berbutir halus atau lempung yang sama dengan yang direncanakan di laboratorium sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Perencanaan Stabilisasi Tanah dengan Kapur; 2) kapur yang akan digunakan sebagai bahan stabilisasi di lapangan adalah sama dengan jenis kapur yang digunakan dalam perencanaan campuran stabilisasi tanah dengan kapur di laboratorium. Peralatan yang digunakan harus layak pakai . Alat penghampar, yaitu : 1) tangki air; 2) alat pemadat; 3) alat bantu. Peralatan Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) alat pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di lapangan dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini: alat-alat pertanian, yaitu : alat pencampur pupuk alat pemecah tanah dan alat pembajak tanah; alat pembentuk mekanik; pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur berjalan; pengaduk rotor: cangkul mekanik atau sekop mekanik; 2) alat pembentuk permukaan tanah; 3) alat penghampar, yaitu : truk jangkit; alat penyebar mekanik; alat manual. 4) tangki air yang dilengkapi distributor untuk menyiram pekerjaan selama pencampuran dan pemadatan; 5) alat pemadat, yaitu : pemadat roda karet 10 – 12 ton; pemadat roda tandem 8 – 10 ton. 6) alat bantu, yaitu : penggaruk; sekop; roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan. Persiapan di Lapangan Persiapan di lapangan, sebagai berikut : 1) tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan bahan organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga kelembabannya; 2) sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah dipecah dan digemburkan terlebih dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis tanah yang akan digemburkan; 3) air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan organik, minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur. Percobaan Lapangan Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu : F.E = Kekuatan bahan yang dicampur di lapangan kekuatan bahan yang dicampur di laboratorium . . . . . . . . . . (1) Keterangan : Kekuatan bahan, diuji dengan pengujian kuat tekan bebas. 2) faktor efisiensi hubungannya dengan alat pencampuran, yaitu : alat pembentuk mekanik : 40 – 50%; alat pencampur rotor : 60 – 80%; instalasi pencampur : 80 – 100%. 3) percobaan lapangan dilaksanakan dengan membuat jalur percobaan minimum sepanjang 200 meter. 4) selama percobaan harus dilakukan hal-hal, sebagai berikut : kegemburan tanah; faktor efisiensi; derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat; efektifitas alat pencampur; cara perawatan. Pemadatan Ketentuan pemadatan, sebagai berikut : 1) tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal lapisan padat disesuaikan dengan ruas percobaan; 2) panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kemampuan peralatan pemadatan; 3) pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium; 4) bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang baru; 5) selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur sebaiknya dilakukan dalam cuaca hangat. Perawatan dan Perlindungan Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut : 1) lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi dengan cara memberi penutup selama 4 hari; 2) selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan kapur tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang meliputi : 1) pemeriksaan kerataan; 2) pemeriksaan penggemburan; 3) pemeriksaan pencampuran; 4) pemeriksaan kepadatan; 5) pemeriksaan ketebalan; 6) perawatan. Pemeriksaan Kerataan Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut : 1) kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan mistar pengukur kerataan panjang 3 m; 2) ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm; 3) bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan Penggemburan Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah yang sudah diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan dapat dikontrol dengan rumus : PK = A/B x 100% . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) Keterangan : PK = proses kegemburan A = berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4 B = berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No. 4). Pemeriksaan Pencampuran Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut : 1) keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual; 2) membuat galian ke arah melintang dengan ketebalan setebal hamparan setiap 50 m; 3) bila hasil dari penelitian visual, campuran telah menunjukkan keseragaman yang baik maka contoh dapat diambil untuk dilakukan pengujian untuk mencari faktor efisiensi dari pencampuran. Pemeriksaan Kepadatan Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut : 1) kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2; 2) dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau gelembung balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus ditambah seperlunya. Pemeriksaan Ketebalan Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut : 1) ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak 50 m; 2) tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana. Perawatan Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik setiap 24 jam, selama waktu perawatan. CARA PENGERJAAN Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan, sebagai berikut : 1. siapkan tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah lempung dengan kapur dilakukan di tempat;
2. gemburkan tanah yang akan distabilisasi sesuai dengan sub bab 3.2; hamparkan kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual atau dengan alat penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila pencampuran dilakukan di lokasi setempat;
3. aduk kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan air bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi ketentuan yang berlaku;
4. sesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal campuran di lapangan sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas;
5. padatkan tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau yang sejenis sesuai dengan ketentuan Sub Bab 3.3;
6.lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari bagian yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;
7. lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik;
8. lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan memenuhi persyaratan; 9. periksa kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4 lintasan; usahakan konstruksi lapisan campuran tidak menjadi kering, selama pelaksanaan dan selama masa perawatan; lakukan pengendalian mutu selama pekerjaan berlangsung; pengamatan kelembaban dilakukan untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan. Info dan Pemasaran : 085265918610 Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu : F.E = Kekuatan bahan yang dicampur di lapangan kekuatan bahan yang dicampur di laboratorium . . . . . . . . . . (1) Keterangan : Kekuatan bahan, diuji dengan pengujian kuat tekan bebas. 2) faktor efisiensi hubungannya dengan alat pencampuran, yaitu : alat pembentuk mekanik : 40 – 50%; alat pencampur rotor : 60 – 80%; instalasi pencampur : 80 – 100%. 3) percobaan lapangan dilaksanakan dengan membuat jalur percobaan minimum sepanjang 200 meter. 4) selama percobaan harus dilakukan hal-hal, sebagai berikut : kegemburan tanah; faktor efisiensi; derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat; efektifitas alat pencampur; cara perawatan.
Pemadatan Ketentuan pemadatan, sebagai berikut : 1) tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal lapisan padat disesuaikan dengan ruas percobaan; 2) panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kemampuan peralatan pemadatan; 3) pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium; 4) bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang baru; 5) selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur sebaiknya dilakukan dalam cuaca hangat. Perawatan dan Perlindungan Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut : 1) lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi dengan cara memberi penutup selama 4 hari; 2) selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan kapur tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang meliputi : 1) pemeriksaan kerataan; 2) pemeriksaan penggemburan; 3) pemeriksaan pencampuran; 4) pemeriksaan kepadatan; 5) pemeriksaan ketebalan; 6) perawatan. Pemeriksaan Kerataan Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut : 1) kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan mistar pengukur kerataan panjang 3 m; 2) ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm; 3) bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan Penggemburan Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah yang sudah diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan dapat dikontrol dengan rumus : PK = A/B x 100% . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) Keterangan : PK = proses kegemburan A = berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4 B = berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No. 4). Pemeriksaan Pencampuran Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut : 1) keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual; 2) membuat galian ke arah melintang dengan ketebalan setebal hamparan setiap 50 m; 3) bila hasil dari penelitian visual, campuran telah menunjukkan keseragaman yang baik maka contoh dapat diambil untuk dilakukan pengujian untuk mencari faktor efisiensi dari pencampuran. Pemeriksaan Kepadatan Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut : 1) kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2; 2) dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau gelembung balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus ditambah seperlunya. Pemeriksaan Ketebalan Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut : 1) ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak 50 m; 2) tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana. Perawatan Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik setiap 24 jam, selama waktu perawatan. CARA PENGERJAAN Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan, sebagai berikut : 1.siapkan tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah lempung dengan kapur dilakukan di tempat;
2. gemburkan tanah yang akan distabilisasi sesuai dengan sub bab 3.2; hamparkan kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual atau dengan alat penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila pencampuran dilakukan di lokasi setempat;
3. aduk kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan air bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi ketentuan yang berlaku;
4.sesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal campuran di lapangan sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas;
5. padatkan tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau yang sejenis sesuai dengan ketentuan Sub Bab 3.3;
6. lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari bagian yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;
7. lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik; lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan memenuhi persyaratan;
8. periksa kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4 lintasan;
usahakan konstruksi lapisan campuran tidak menjadi kering, selama pelaksanaan dan selama masa perawatan;
9. lakukan pengendalian mutu selama pekerjaan berlangsung; pengamatan kelembaban dilakukan untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan. Info dan Pemasaran : 085265918610