Pupuk Dasar berfungsi terhadap reaksi pH tanah (kesuburan tanah) yang sangat menentukan efisiensi pemupukan.
Secara umum tanah-tanah di Indonesia bereaksi masam. Untuk itu, peran pupuk dasar sangat penting untuk perkembangan akar sehingga mempu menyerap hara dalam tanah.(IFDC, 1987. Fertilizer Manual. International Fertilizer Development Centre. United Nation Industrial Development Organization)
Reaksi tanah berdaya pengaruh langsung dan tak langsung terhadap perkembangan tanaman. Daya pengaruh langsung ialah pengendalian ketersediaan hara tumbuhan dan kegiatan jasad renik tanah.
Pupuk Makro
1. Pupuk Urea
Merupakan pupuk Nitrogen untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Sebelum diserap oleh akar, nitrogen terlebih dahulu diubah menjadi nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah. Pupuk urea sangat peka terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh air menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3). Kedua senyawa ini pada suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas. Pada musim kemarau hampir 55 % dari dosis urea yang ditaburkan hilang oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea akan larut dalam air mencapai 79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat tidak menguntungkan jika urea ditaburkan pada saat matahari sangat terik atau saat jumlah air melimpah. (Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London)
2. Pupuk Phospat (TSP, SP-36, CiRP, RP dan lainnya)
Pupuk unsur hara Fosfor (P) yang merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Fosfor berfungsi sebagai bahan pembentuk protein, membantu asimilasi serta mempercepat pembentukan bunga, pematangan biji dan buah. Sifat fosfat ini bereaksi dengan logam-logam berat, sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 bagian dari fosfat yang dapat dimanfaatkan tanaman. Selebihnya membentuk endapan yang sulit larut dalam air (fiksasi). Proses ini menjadikan lapisan tanah mengeras, terutama lahan yang sudah berulang kali ditaburi fosfat. Efek keseluruhannya menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah sehingga transportasi udara, air dan unsur hara tidak berjalan serta mikroba-mikroba yang bekerja menyuburkan tanah terancam punah. (Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York)
Rendahnya kadar sulfur (S) di dalam tanah disebabkan oleh penyerapan tanaman yang tinggi, rendahnya kadar sulfur di dalam pupuk yang selama ini dipakai oleh petani kelapa sawit dan rendahnya kemampuan tanah dalam menyediakan sulfur. Sulfur diperlukan dalam jumlah yang tinggi sesudah nitrogen karena kelapa sawit termasuk tanaman yang bijinya menghasilkan minyak (oil seed). Semua tanaman jenis ini memerlukan sulfur dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan asam amino dalam menghasilkan protein nabati yang terkandung di dalam minyak sawit (Kamprath dan Till, 1983).
Pupuk yang dipakai oleh petani mengandung sulfur yang sangat rendah sehingga kontribusinya dalam menyediakan sulfur juga rendah. Sedangkan kadar sulfur di dalam tanah kering masam yang jauh dari lokasi industri termasuk sangat rendah-rendah (masih <250 ppm) karena sumbangan dari udara, dan air hujan rendah (<5 kg ha-1 tahun-1) (Gupta dan Dubey, 1998).
3. Pupuk MOP (KCL)
Merupakan sumber Kalium (K) bagi tanaman. Fungsi utamanya membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Untuk tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap tanaman. Untuk tanah berpasir dimana pori-pori tanah cukup besar maka pupuk kalium mudah tercuci dan terbawa aliran air.
Untuk kasus kalium, kadarnya yang rendah dimungkinkan oleh tingginya kebutuhan kelapa sawit akan kalium sehingga terjadi penyerapan yang melebihi unsur hara lainnya. Hal ini dilaporkan oleh Moody et al. (2002) bahwa untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan kalium tertinggi sebanyak 257 kg, diikuti oleh nitrogen, sulfur, magnesium, kalsium, dan fosfor, masing-masing sebanyak 190, 60, 54, 43, dan 26 kg.
Pupuk Mikro
Unsur hara mikro sangat dibutuhkan tanaman sekalipun dalam jumlah yang kecil. Manakala tanaman kekurangan satu atau lebih unsur hara mikro maka akan terjadi gejala yang tidak baik dalam pertumbuhannya. Sebagai contoh jika tanaman kekurangan tembaga (Cu) menyebabkan ujung daun menjadi layu bahkan menyebabkan klorosis. Sedangkan kekurangan Seng (Zn) menyebabkan daun menjadi kekuning-kuningan atau kemerahan. Yang termasuk unsur hara mkro adalah Besi (Fe) Seng (Zn) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Boron (B) dan Molipden (Mo). Peranan unsur hara mikro sangat penting dalam mengaktifkan kinerja enzim dalam berbagai konsep fisiologis yang berlangsung pada tanaman. (Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan)
Slow Release
Pupuk slow release adalah pupuk yang mampu melepas unsur hara secara lambat dengan volume pelepasan mendekati kapasitas akar tanaman dalam menyerap unsur hara, tetapi berlangsung dalam waktu yang lebih lama sehingga mengurangi kehilangan unsur ke lingkungan. Taylor (2002). Disisi lain, sifat pupuk slow release adalah adanya pengurangan kebutuhan yang diperlukan petani karena dosis pemupukan optimum menurun. Pengurangan kebutuhan pupuk ini sangat berkaitan dengan efisiensi pemupukan yang semakin meningkat serta menurunnya kehilangan pupuk melalui penguapan, erosi, aliran permukaan dan pencucian.
MARKETING & INFO :
Hery Sunardi / 0852 6591 8610
email : hery.sunardi@hotmail.com
Danny Liangga / 0852 0762 9988
email : dannyliangga@rocketmail.com
Deni Alisandi Siregar/ 0813 7522 9955
Tidak ada komentar:
Posting Komentar