Penyakit layu bakteri cabe adalah salah satu penyakit yang menakutkan bagi sebagian besar petani cabe. Bukan hanya tanaman cabe yang terserang penyakit ini.
Tanaman-tanaman yang dapat terserang bakteri Pseudomonas solanacearum antara lain cabai, tomat, paprika, pisang, tembakau, terung, pisang, semangka, melon dan jahe. Layu bakteri adalah salah satu penyakit yang menular melalui tanah (soil borne patogen) atau melalui alat pertanian. Suhu tinggi dan kelembapan tinggi sangat menguntungkan untuk perkembangbiakan bakteri.
Bakteri Pseudomonas solanacearum dapat bertahan di dalam tanah hingga 40 tahun. Populasi bakteri dapat berkurang pada kondisi yang ekstrim. Tanah yang terinfeksi tidak dapat digunakan lagi untuk tanaman-tanaman yang rentan terserang bakteri Pseudomonas. Bakteri ini bisa tersebar melalui benih, bibit, tanaman yang sakit, air irigasi atau air hujan, nematoda, serangga, pupuk kandang dan alat pertanian. Bakteri menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada bagian akar tanaman, kemudian masuk ke dalam jaringan pembuluh untuk memperbanyak diri.
Gejala dari tanaman yang terserang pada umumnya baru akan terlihat setelah tanaman menjadi layu seperti gejala tanaman yang kekurangan air.
Biasanya serangan terbanyak pada musim hujan.
Gejala serangan ditunjukkan daun pada pucuk tanaman layu, daun tua dan daun bagian bawah menguning. Bila tanaman dicabut tanaman masih kokoh karena sistem perakarannya tidak terganggu.
Serangan layu bakteri dapat dideteksi dengan cara memotong batang tanaman yang terkena penyakit. penampang potongan akan tampak berwarna cokelat dan bila dipijat atau dimasukkan ke dalam air akan mengeluarkan lendir putih kotor yang berisi jutaan bakteri. Tetapi bila tidak mengeluarkan lendir, berarti tanaman terserang penyakit layu cendawan Fusarium (Fusarium oxysporum).
Belum ada pestisida kimia yang efektif dalam mengendalikan patogen (penyakit) Pseudomonas solanacearum. Usaha yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir tingkat serangan bakteri dengan cara menciptakan lingkungan yang tidak mendukung perkembangan bakteri dan sanitasi tanaman-tanaman yang menjadi sumber penyakit.
Anjuran untuk mengendalikan layu bakteri adalah menggunakan manejemen penyakit terpadu antara lain:
1. Sanitasi lahan sebelum melakukan penanaman.
2. Melakukan rotasi tanaman minimal 3 musim tanam dengan menanam tanaman
selain tanaman yang menjadi host/inang bakteri.
3. Pemberahan lahan namun lahan tetap diolah tanah bagian dalam dibalik ke atas
permukaan tanah dan dibiarkan terpanggang panas matahari.
4. Menggunakan bahan tanaman yang bebas dari infeksi bakteri,yaitu dengan
memilih bibit atau benih yang telah tersertifikasi bebas dari bakteri Pseudomanas
solanacearum.
5. Pengaturan drainase lahan yang bagus
Tanaman yang sudah terserang segera dicabut dan dibakar untuk mengurangi
sumber bakteri.
6. Penggunaan dolomit pada saat pengolahan tanah dapat meningkatkan pH tanah
(menjadi basa). Bakteri dapat berkembang pada pH rendah (asam).
Penggunaan dolomit berfungsi menciptakan lingkungan yang tidak mendukung
perkembangan bakteri.
DOLOMITE GK 40/60 MESH
Adapun cara-cara pengapuran disesuaikan dengan luas
dan tekstur tanah agar memperoleh hasil yang baik, diantaranya:
1. Tanah digali
dengan kedalaman sekitar 10 cm, selanjutnya Dolomite
GK 40 – 60
mesh atau Dolomite Halus Super Panji (100 mesh) disebar merata di permukaan
tanah. Setelah pengapuran selesai, tanah dasar dibalik dengan menggunakan
cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk
ke dalam lapisan tanah dasar.
Biarkan selama 2-3 hari.
2. Pengadukan harus baik dan benar hingga
merupakan adonan yang homogen
serta sempurna
3. Setelah adonan sempurna, bisa dikembalikan
4. Pengapuran dilakukan setiap musim tanam
5. Setelah 2 bulan penanaman, tanaman diberikan kalsium (Calcium Carbonate/
CaCO3) Type 1000 untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan buah yang
bagus.
Pengobatan saat serangan cacar sudah mulai masuk menyerang tanaman cabe
1. Segera kurangi aplikasi pupuk yang mengandung Nitrogen tinggi baik yang lewat tanah maupun lewat daun. Segera ubah kombinasi pupuk dengan aplikasi pupuk Phoshat dan Kalium yang tinggi sehingga kadar air di tanaman dan buah cabe menjadi rendah.
2. Aplikasi Fungisida gabungan antara Sietemik dan kontak perlu di lakukan dan pilihlah bahan aktif yang berbeda-beda sehingga efek resistensi bisa di kukurangi.
3. Sanitasi lingkungan perlu di lakukan secara rutin dengan cara mengilangkan rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman sehingga kondisi lingkungan yang lembab bisa di kurangi.
Hindari pengapuran dan pemupukan secara bersamaan Jika pemupukan dan pengapuran dilakukan secara bersamaan, maka terjadi reaksi antara kapur dan pupuk. Pupuk seperti NPK, ZA, atau TSP yang bersifat asam karena mengandung belerang akan dinetralkan oleh kapur yang bersifat basa. Dampaknya pH tanah tidak naik dan nutrisi tidak tersedia bagi tanaman.
Pengapuran yang baik adalah 3 minggu atau satu bulan sebelum pemupukan.
Hindari pengapuran dan pemupukan secara bersamaan Jika pemupukan dan pengapuran dilakukan secara bersamaan, maka terjadi reaksi antara kapur dan pupuk. Pupuk seperti NPK, ZA, atau TSP yang bersifat asam karena mengandung belerang akan dinetralkan oleh kapur yang bersifat basa. Dampaknya pH tanah tidak naik dan nutrisi tidak tersedia bagi tanaman.
Pengapuran yang baik adalah 3 minggu atau satu bulan sebelum pemupukan.
Pengapuran dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan, lalu 3 minggu kemudian baru dipupuk. Hasilnya penghematan pupuk sampai 25%.
Dengan pengapuran terpisah, ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit juga lebih baik sehingga menghemat pestisida.
MARKETING & INFO :
Hery Sunardi / 0852 6591 8610
email : hery.sunardi@hotmail.com
Danny Liangga / 0852 0762 9988
email : dannyliangga@rocketmail.com
Deni Alisandi Siregar/ 0813 7522 9955
Tidak ada komentar:
Posting Komentar